Business: Tantangan dalam Merekrut Pekerja Informal dan Solusinya
Adanya kesenjangan dari segi supply dan demand dari kedua belah pihak - pekerja dan bisnis menjadikan proses pencarian dan rekrutmen untuk mencari pekerja informal atau kerah biru semakin ketat.
Sebuah laporan dari Badan Pusat Statistik 2017 lalu menyatakan terdapat 50,64 persen pekerja informal dari total 124,54 persen penduduk yang bekerja. Data ini terbilang cukup fluktuatif namun tanpa peningkatan atau penuruan yang signifikan pula.
Dengan jumlah pekerja dari sektor informal tersebut, ada pula tantangan yang sering kali dialami oleh perusahaan untuk menemukan pekerja yang tepat.
Berikut ini tantangan dan solusi yang bisa Anda aplikasikan pada perusahaan.
Tantangan Pekerja Informal
Generasi White Collar
Sendhelper dalam statement-nya di Forbes mengatakan bahwa salah satu faktor utama mengapa pebisnis kesulitan untuk menemukan para pekerja informal dikarenakan generasi usia produktif kini fokus untuk menjadi white collar. Taraf edukasi dan literasi yang semakin membaik tengah membangun masyarakat untuk mulai mengejar pekerjaan white collar. Meskipun ini terdengar kontradiktif dengan data yang sudah dijelaskan sebelumnya, namun, poin ini dapat dikaji dari dua sisi.
Pertama, perkembangan ekonomi digital dan teknologi memicu wiraswasta online yang justru memudahkan pekerja untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih fleksibel dan cepat. Di sisi lain, hal ini dapat mengindikasikan bahwa menjadi pekerja informal merupakan opsi terakhir karena keterbatasan dari invidividu.
Adanya kesenjangan antara white collar dan blue collar (re: pekerja informal) ini yang kemudian menciptakan ruang baru untuk diisi, seperti hal-nya pekerjaan harian yang diberikan pengusaha yang baru saja merintis, sekaligus kesempatan yang lebih luas bagi mereka yang mulai memahami teknologi dan tergerak untuk menjadi white collar.
Minim Informasi Terkait Lapangan Pekerjaan
Hal ini terdengar klise, terutama bagi para white collar. Berbeda dengan white collar, pekerjaan untuk kerah biru tidak selalu ada dalam jangkauan mereka, informasi yang mereka terima sangat ter-segmen. Mereka tidak selalu dapat menemukan lowongan sebanyak lowongan white collar melalui job portal dan forum. Seringkali mereka juga kesulitan dalam menggunakan teknologi dan mencari informasi.
Para pekerja informal masih bergantung dengan word-of-mouth, iklan pekerjaan yang sangat ter-segmen, atau sejumlah perekrut yang melihat potensi mereka.
Kesejahteraan
Para pekerja informal tidak selamanya bergantung dengan satu jenis pekerjaan saja, untuk menghidupi mereka harus bekerja ekstra. Dengan kondisi seperti ini, mereka akan terus melakukan seleksi perihal pekerjaan mereka, mana yang sebaiknya menjadi prioritas dan tidak merugikan mereka dari segi waktu dan kesehatan.
Dalam kasus seperti ini, mereka juga berhak untuk mendapatkan transparansi dari pihak perusahaan. Apabila perusahaan bersikap acuh dan tidak memerhatikan apa yang menjadi hak mereka, mereka bisa tidak tertarik dengan pekerjaan tersebut. Hal ini akan menjadi halangan bagi perusahaan yang tidak bisa memberikan hak pada mereka.
Solusi untuk Merekrut Pekerja Informal
Kita sudah memahami kalau adanya pergeseran minat pekerja, minimnya media, serta faktor kesejahteraan pekerja adalah hal yang dapat menghambat proses rekrutmen Anda. Lalu, langkah apa saja yang dapat Anda mulai sebagai solusi?
Optimalkan Lowongan Kerja dengan Berbagai Platform
Angkatan kerja yang kini aktif jatuh pada millenial dan sebagian dari gen-z, mereka memiliki tendensi untuk mencari pekerjaan white collar namun jangan jadikan ini batasan. Anda bisa melihat ini sebagai peluang untuk menyebarkan lowongan ke banyak platform. Apa saja yang bisa Anda coba?
- Job portal/Job board tersegmen
- Forum sebagai media untuk memanfaatkan word of mouth pekerja
- Media sosial untuk cara yang lebih personal
- Aplikasi pencari kerja untuk hasil cepat dan terkurasi
Buat Program Referral
Apabila sebelumnya Anda sudah memiliki karyawan, ini dapat menjadi kesempatan untuk memikat pekerja untuk selanjutnya. Bagi pekerja yang telah berhasil mengikuti program referral dapat mendapatkan bonus.
Program ini sebaiknya Anda pertimbangkan kembali apabila Anda baru saja memulai bisnis Anda dan belum memiliki karyawan yang bisa Anda percaya.
Buat Program Pelatihan
Cara lainnya adalah membuat training dan pelatihan bagi para calon pekerja. Pastikan Anda menyampaikan hal ini sebelum proses onboarding agar pekerja merasa yakin dan mendapatkan reward berupa skill yang dijanjikan.
Transparansi Hak Pekerja
Hal terakhir yang juga fundamental adalah kejelasan dari segi kontrak serta hak para pekerja. Hal ini jangan sampai luput dari pihak perusahaan, seringkali perusahaan menyingkirkan faktor ini karena sibuk untuk urusan perekrutan lainnya, kesejahteraan pekerja sama pentingnya dengan kelangsungan bisnis.
Apa saja yang perlu Anda beri tahu pada pekerja?
- Kontrak dan masa kerja yang jelas
- Upah
- Jaminan sosial
Dari semua solusi di atas sebaiknya Anda buat skala prioritas terlebih dahulu, mana yang sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda, dan pastikan pekerja mendapatkan hak mereka.
Hal lainnya yang juga dapat memudahkan Anda adalah dengan menggunakan platform/aplikasi staffing seperti Workmate. Dengan Workmate, Anda hanya perlu membuat staff request sama hal-nya dengan job portal dan akses ke pool pekerja yang siap bekerja secepatnya untuk bisnis Anda.
Semua proses rekrutmen dan manajemen pekerja informal, dari onboarding, kontrak, penggajian, hingga pendaftaran BPJS dilakukan oleh pihak Workmate. Semua proses cepat dan mudah. Ingin segera merekrut pekerja? Konsultasikan terlebih dahulu dengan tim kami, klik di sini.